JERUSALEM, JUMAT - PBB memperkirakan, setidaknya ada 100 anak-anak Palestina dari 422 korban tewas dalam serangan Israel hingga hari ketujuh, Jumat (2/1) di Jalur Gaza. Korban cedera akibat serangan tersebut dari yang ringan hingga parah sekitar 2.000 orang.
Demikian dikatakan Koordinator Bantuan Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Palestina Maxwell Gaylard, di Jerusalem, Jumat. Dari 2.000 orang cedera, korban utama adalah anak-anak dan wanita dalam serangan besar-besaran yang dilakukan Israel sejak 27 Desember lalu.
Masalah lain yang dihadapi warga Palestina adalah persediaan pangan dan obat-obatan meski beberapa pasokan sudah mulai masuk.
Pihak Israel mengatakan, serangan bertujuan menghentikan serangan roket dari Jalur Gaza ke wilayah Israel yang dilakukan para pengikut Hamas. Korban tewas di pihak Israel akibat serangan roket adalah empat orang.
Menteri Luar Negeri Israel Tzipi Livni di Paris, Kamis, mengatakan, tidak ada krisis kemanusiaan di Jalur Gaza.
Hal ini bertentangan dengan pandangan PBB. ”Jelas situasi darurat sedang melanda Jalur Gaza sekarang ini.... Dari sudut mana pun Anda memandang, krisis kemanusiaan sedang terjadi, bahkan lebih buruk dari itu,” kata Gaylard.
”Sekolah-sekolah tutup, warga hanya bersembunyi di rumah, Jalur Gaza mengalami krisis pangan... rumah-rumah sakit dan klinik jelas dalam krisis fasilitas,” kata Gaylard.
Ia menambahkan, serangan Israel hampir terjadi setiap 20 menit secara rata-rata. Bahkan, serangan lebih intensif lagi pada malam hari. ”Serangan roket dari Jalur Gaza juga makin tak memilih sasaran dan jangkauannya masih jauh ke dalam wilayah Israel.”
Kantor PBB menyebutkan, masa depan perdamaian di kawasan telah terjebak ke dalam serangan tak bertanggung jawab oleh Hamas dan juga serangan Israel yang berlebihan.
Mengingatkan Israel
Wakil Kepala Humas Gedung Putih Gordon Johndroe mengatakan, AS telah mengingatkan Israel soal pentingnya sebuah pemikiran saksama dalam melakukan tindakan di Jalur Gaza. Johndroe mengatakan, ”AS ingin agar tidak ada krisis kemanusiaan di kawasan.”
Johndroe menambahkan, ”Israel sudah mengindikasikan serangan ini belum akan dihentikan dan serangan bertujuan untuk melindungi warganya.”
Keadaan di Jalur Gaza belum bisa diketahui secara persis. Para wartawan belum bisa memasuki Jalur Gaza. Pada hari Jumat, Mahkamah Agung Israel memerintahkan agar wartawan asing diperbolehkan memasuki Jalur Gaza. Akan tetapi, belum ada wartawan yang berhasil masuk karena izin yang tidak diberikan otoritas Israel.
Menteri Perdagangan dan Industri Israel Eli Yishai mengecam keputusan MA Israel itu. Ia mengatakan, keberadaan pers di Jalur Gaza hanya akan dijadikan sebagai propaganda pihak Hamas, penguasa Jalur Gaza.
Meski demikian, Israel tetap membuka perbatasan bagi warga asing yang ingin keluar dari Jalur Gaza. ”Tidak ada air, listrik, dan obat-obatan. Kehidupan sungguh berat di Jalur Gaza,” kata Jawaher Haggi (14), warga AS keturunan Palestina. Gadis ini mengatakan pamannya tewas akibat serangan Israel, ketika dia mencari obat untuk ayahnya, yang juga sudah tewas.
Israel hanya mengizinkan warga asing dan anak-anaknya keluar dari Jalur Gaza.
Saling balas
Walau serangan sudah dilakukan Israel, roket Hamas terus meluncur ke wilayah Israel. Serangan roket menimpa kota Ashkelon, Jumat, mencederai empat orang, dan dua orang lainnya cedera ringan.
Dalam serangan balasan Israel, pada Jumat, sasaran utamanya adalah 20 rumah milik para pemimpin Hamas dan kelompok lain yang dianggap penting di Jalur Gaza.
Dalam serangan ke rumah-rumah ini, Israel tidak memberi informasi kepada warga sekitar untuk menghindar. Israel juga menyebar selebaran yang memberi nomor telepon dan alamat e-mail, bagi warga Palestina, yang bersedia melaporkan lokasi peluncuran roket kepada Israel. Tidak ada yang berminat memungut selebaran itu.
Sasaran lain dalam serangan Israel pada pada hari Jumat adalah sejumlah masjid karena dianggap sebagai basis Hamas. Militer Israel mengatakan, sarana ibadah itu telah dijadikan sebagai tempat menyimpan senjata.
Salah satu tokoh Hamas yang menjadi korban adalah Nizar Rayan. Dia tewas bersama empat istri dan 10 anaknya ketika Israel menjatuhkan 1 ton bom.
Tidak akan memaafkan
Militer Israel mengatakan, rumah Rayan telah dipakai sebagai lokasi penyimpanan amunisi dan serangan Israel ke rumah itu makin menambah daya ledak.
Hampir semua para pemimpin Hamas bersembunyi sejak serangan Israel dimulai pekan lalu.
”Kelompok perlawanan Palestina tidak akan lupa dan tidak akan memaafkan,” kata Mushir Masri, seorang anggota parlemen Hamas. ”Balasan dari kelompok perlawanan akan sama menyakitkannya.”
Israel tidak menunjukkan sikap lunak soal upaya diplomasi untuk menghentikan serangan.
Israel juga meredam aksi-aksi perlawanan yang muncul di Jerusalem dan di Tepi Barat, yang dikuasai kelompok Fatah.
Di Ramallah, Tepi Barat, sekitar 3.000 warga Palestina mencoba melakukan protes massal. Aparat Israel menghentikannya dengan menangkap 12 orang.
Aparat Israel juga meredam upaya demonstrasi yang coba dilakukan warga di kota Qalandia, dekat Ramallah. Namun, protes tetap bisa dilaksanakan di kota Hebron, Nablus, dan banyak lagi kota lain di Tepi Barat. ( REUTERS/AP/AFP/ MON)
sumber : http://kompas.com/cetak